Parade Foto Hitam Putih

Posted by Damar Iradat Monday 26 April 2010 0 komentar

Tertawa Kala Tua
Time Hero
Ingin Sekali Membaca Kitab Ini
Dibelakangku
[...]

Alangkah Indahnya Negri Ini

Posted by Damar Iradat Wednesday 21 April 2010 0 komentar

Gue mulai nulis lagi. Setelah kemarin malem gue nonton film buatan Deddy Mizwar yang judulnya "Alangkah Lucunya (negri ini)" gue jadi tergelitik buat nulis ini. Ya, negri ini memang lucu kalo kita pikir-pikir terlalu banyak kasus yang masih tersimpan, masih banyak anak-anak penerus bangsa ini yang masih terlantar. Kalo dalam film bang Deddy Mizwar disana terlihat jelas bagaimana kehidupan masyarakat miskin Indonesia. Lucunya negri ini, disamping gedung-gedung bertingkat yang menjulang ada sebuah kampung yang didiami oleh masyarakat pinggiran.

Kalau kita benar-benar memperhatikan film itu terlihat jelas bagaimana kerasnya hidup di negri kita yang tercinta ini, bayangin aja anak-anak jalanan lebih milih jadi pencopet ketimbang pendidikan di sekolah.

Di negri ini masih banyak sekali korban-korban koruptor, bagaimana tidak, seorang nenek yang mengambil 3 biji kakao dipenjara selama 1,5 tahun sedangkan para koruptor, mereka mencuri duit rakyat, membikin rakyat menderita, dan mereka? Mereka hidup dengan bebas! Keadilan macam apa yang ada di negri ini? Apa mereka yang mempunyai uang yang berkuasa? Apa para koruptor dapat dengan mudahnya mengatur kasus-kasus dan menyuap para petinggi-petinggi jaksa?

Dalam film itu gue terkesan waktu para pencopet itu sedang menaikan bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, pada bait terakhir ketika mereka menyanyikan "Hiduplah Indonesia Raya!" Tiba-tiba seorang anak pencopet tiba-tiba berteriak "Amin!" gue bener-bener terkesan di bagian itu, para pencopet itu menginginkan Indonesia yang lebih baik.

Buat para oknum-oknum koruptor, sadarkah wahai kalian berapa banyak rakyat miskin yang kalian terlantarkan? Berapa banyak kesempatan untuk anak-anak jalanan mendapat pendidikan yang layak tapi kalian pakai uang tersebut? Berapa banyak lagi korban "kejahatan" yang kalian siksa? Berapa banyak lagi uang yang akan kalian berikan untuk anak dan istri kalian, padahal itu uang haram?

Di ending film terserbut, Pemuda yang membuat para anak jalanan itu menjadi ke jalan yang lebih baik akhirnya ditangkap. Dalam kehidupan nyata, mereka yang menjunjung kebenaran mereka yang kalah, mereka yang benar adalah mereka yang salah!

Mudah-mudahan dengan tulisan gue ini kita dapet belajar, semoga kita nanti yang menjadi penerus-penerus bangsa ini bisa memperbaiki kehidupan bangsa ini, memperbaiki moral bangsa ini yang jatuh, dan memperbaiki kualitas bangsa Indonesia! MERDEKA!
[...]

INTERNET

Posted by Damar Iradat Wednesday 14 April 2010 0 komentar

Internet alias dunia maya sekarang lagi gencar-gencarnya di Indonesia, gimana ga tiap hari pasti ada orang yang make media internet ini. Dari anak kecil sampe orang tua sekalipun, dari penggunaan jejaring sosial kayak Facebook, Twitter, Friendster dan macem-macemnya. Gue bukan mau ngebahasa soal pengetian internet, tapi cara pemakaian internet. Sekarang kan lagi rame-ramenya nih kasus-kasus yang terjadi gara-gara internet nih itu dia masalah yang pengen gue tulis di blog gue ini. Dari kasus mbak Prita yang digugat sama sebuah rumah sakit, terus mbak Luna Maya yang punya masalah sama wartawan-wartawan itu. Sebenernya ga apa-apa kita ngeluarin unek-unek kita, tapi inget jejaring sosial macem Facebook dan temen-temennya kan bisa diliat orang banyak. Jangan asal tulis status makanya, apalagi anak ABG yang lagi labil setiap kejadian dia tulis, mau yang enak, mau yang ga enak pasti dia tulis. Kalo statusnya enak, adem ayem kita juga ngeliatnya kan enak, nah kalo yang menghujat antar temen sendiri, terus ada lagi yang menghina orang tuanya sendiri, ini yang lebih parah masa orang tua dihina-hina? sama anaknya sendiri lagi. Kebanyakan emang orang tua jaman sekarang emang gaptek, ga ngerti gadget-gadget gini jadi mereka ga bakal tau apa yang kita tulis. Bayangin deh kalo kita yang dihujat gitu sama temen kita sendiri, terus bayangin kalo orang tua kita liat apa yang kita tulis di status-status itu pas kita lagi ngehina orang tua kita? Sedih? Pasti! Kecewa juga pastinya, makanya buat temen-temen yang make jejaring sosial gue cuma pesen satu, jangan berlebihan nulis status. Karena Status mu harimau mu! :D
[...]

Kisah David dan Telefon Umum

Posted by Damar Iradat Sunday 11 April 2010 0 komentar

Cerita ini awalnya gue baca dari email yang dikirim bokap gue, gue bacanya terharu, jadi mikir kalo gue selama ini salah cuma bisa minta duit doang ke orang tua, dan gue pengen kayak si David yang bakalan lo baca dibawah ini. Nikmati cerpen dibawah ini ya! Enjoy.


David kuliah di fakultas perdagangan Arlington USA. Kehidupan kampusnya,
terutama mengandalkan kiriman dana bulanan secukupnya dari orang tuanya.
Entah bagaimana, sudah 2 bulan ini rumah tidak mengirimi uang ke David lagi.
Di kantong David hanya tersisa 1 keping dollar saja. David dengan perut
keroncongan berjalan ke bilik telepon umum, memasukkan seluruh dananya,
yaitu satu keping uang logam itu, ke dalam telepon.

“Halo, apa kabar?” telpon telah tersambung, ibu David yang berada ribuan km
jauhnya berbicara. David dengan nada agak terisak berkata: “Mama, saya tidak
punya uang lagi, sekarang lagi bingung karena kelaparan.” Ibu David berkata:
“Anakku tersayang, mama tahu.” “Sudah tahu, kenapa masih tidak mengirim
uang?” David baru saja hendak melontarkan dengan penuh kekesalan pertanyaan
tersebut kepada sang ibu, mendadak merasakan perkataan ibunya mengandung
sebuah kesedihan yang mendalam. Firasat David mengatakan ada yang tidak
beres, ia cepat-cepat bertanya, “Mama, apa yang telah terjadi di rumah?” Ibu
David berkata, “Anakku, papamu terkena penyakit berat, sudah lima bulan ini,
tidak saja telah meludeskan seluruh tabungan, bahkan karena sakit telah
kehilangan tempat kerjanya, sumber penghasilan satu-satunya di rumah telah
terputus. Oleh karena itu, sudah 2 bulan ini tidak mengirimimu uang lagi,
Mama sebenarnya tidak ingin mengatakannya kepadamu, tetapi kamu sudah
dewasa, sudah saatnya mencari nafkah sendiri.” Ibu David berbicara sampai
disitu, tiba-tiba menangis tersedu sedan. Di ujung telepon lainnya, air mata
David juga “tes”, “tes” tak hentinya menetes, dan ia berpikir Kelihatannya
saya harus drop out dan pulang kampung.” David berkata kepada ibunya, “Mama,
jangan bersedih, saya sekarang juga akan mencari pekerjaan, pasti akan
menghidupi kalian.” Kenyataan yang pahit telah membuat David terpukul hingga
pusing tujuh keliling. Masih 1 bulan lagi, semester kali ini akan selesai,
jikalau memiliki uang, barang 8 atau 10 dollar saja, maka David mampu
bertahan hingga liburan tiba, kemudian menggunakan 2 bulan masa liburan
untuk bekerja menghasilkan uang. Akan tetapi sekarang 1 sen pun tak punya,
mau tak mau harus drop out. Pada detik ketika David mengatakan “Sampai
jumpa” kepada ibunya dan meletakkan gagang telpon itu, sungguh luar biasa
menyakitkan, karena prestasi kuliahnya sangat bagus, selain itu ia juga
menyukai kehidupan di kampus fakultas perdagangan Arlington tersebut.

Sesudah meletakkan gagang telpon, pesawat telpon umum tersebut mengeluarkan
bunyi gaduh, David dengan terkejut dan terbelalak menyaksikan banyak keping
dollar menggerojok keluar dari alat itu. David berjingkrak kegirangan,
segera menjulurkan tangannya menerima uang-uang tersebut. Sekarang, terhadap
uang-uang itu, bagaimana menyikapinya? Hati David masih merasa sangsi,
diambil untuk diri sendiri, 100% boleh, pertama: karena tidak ada yang tahu,
ke dua: dirinya sendiri betul-betul sedang membutuhkan. Namun setelah bolak-
balik dipertimbangkan, David merasa tidak patut memilikinya. Setelah melalui
sebuah pertarungan konflik batin yang hebat, David memasukkan salah satu
keping dolar itu ke dalam telepon dan menghubungi bagian pelayanan umum
perusahaan telepon. Mendengar penuturan David, nona petugas pelayanan umum
berkata, “Uang itu milik perusahaan telepon, maka itu harus segera
dikembalikan (ke dalam mesin telepon).” Setelah menutup telepon, David
hendak memasukkan kembali keping logam uang itu, tetapi sekali demi sekali
uang dimasukkan, pesawat otomat itu terus menerus memuntahkannya kembali.
Sekali lagi David menelepon, dan petugas pelayanan umum yang berkata, “Saya
juga tak tahu harus bagaimana, sebaiknya saya sekarang minta petunjuk
atasan.” Nada bicara David yang sendirian dan tiada yang menolong
memancarkan getaran kesepian dan kuyu, nona petugas pelayanan umum sangat
dapat merasakannya, menilik perkataan dari ujung telepon dia merasakan
seorang asing yang bermoral baik sedang perlu dibantu. Tak lama kemudian,
nona petugas pelayanan umum menelepon ulang pesawat otomat yang sedang
bermasalah itu. Dia berkata kepada David, “Saya telah memperoleh ijin dari
atasan yang berkata uang tersebut untuk anda, karena perusahaan kami saat
ini tidak mempunyai cukup tenaga, tak ingin demi beberapa dollar khusus
mengirim petugas ke sana.” “Hore!”, David meloncat saking gembiranya.
Sekarang, uang logam itu secara sah menjadi miliknya. David membungkukkan
badannya dan dengan seksama nenghitungnya, total berjumlah 9 dollar 50 sen.
Uang sejumlah ini cukup buat David bertahan hingga bekerja memperoleh upah
pertamanya pada saat liburan nanti. Dalam perjalanan ke kampus, David
tersenyum terus sepanjang jalan. Ia memutuskan membeli makanan dengan
menggunakan uang itu lantas mencari pekerjaan.

Dalam sekejap liburan telah tiba, David telah memperoleh pekerjaan sebagai
pengelola gudang supermarket. Pada hari tersebut, David menjumpai boss
perusahaan supermarket, menceritakan kepadanya tentang kejadian di telepon
umum dan keinginannya untuk mencari pekerjaan. Si boss supermarket
memberitahu David boleh datang bekerja setiap saat, tidak hanya pada liburan
saja, sewaktu kuliah dan tidak terlalu sibuk juga boleh bergabung, karena
boss supermarket merasa David adalah orang yang tulus dan jujur, terutama
adalah orang yang seksama, membenahi gudang mutlak bisa dipercaya. David
bekerja dengan sangat giat, boss sangat mengapresiasinya dan juga merasa
kasihan. Si boss memberinya upah dobel. Sesudah menerima gaji, David
mengirimkan keseluruhan gajinya kepada sang ibu, karena pada saat itu David
sudah mendapatkan info bahwa ia berhasil memperoleh bea siswa untuk satu
semester berikutnya.

Sesudah 1 bulan, uang dikirim balik ke David. Sang ibu menulis di dalam
suratnya: “Penyakit ayahmu sudah agak sembuh, saya juga telah mendapatkan
pekerjaan, bisa mempertahankan hidup. Kamu harus belajar dengan baik, jangan
sampai kelaparan.” Sesudah membaca surat itu, David menangis lagi. David
tahu, meski orang tuanya menahan lapar, juga tidak bakal meminta uang kepada
David yang sedang perlu dibantu. Setiap kali memikirkan hal ini, David
berlinang bersimbah air mata, sulit menenangkan gejolak hatinya. Setahun
kemudian, David dengan lancar menyelesaikan kuliahnya. Setelah lulus, David
membuka sebuah perusahaan, tahun pertama, David sudah mengantongi laba US $
100.000. Ia senantiasa tak bisa melupakan kejadian di telepon umum.

Ia menulis surat kepada perusahaan telepon tersebut: “Hal yang tak bisa saya
lupakan untuk selamanya ialah, perusahaan anda secara tak terduga telah
membantu dana US $ 9,50 kepada saya. Perbuatan amal ini, telah membuat saya
batal menjadi pemuda drop out dan menuju kondisi miskin, bersamaan itu juga
telah memberi saya energi tak terhingga, mendorong saya setiap saat tidak
melupakan untuk berjuang. Kini saya mempunyai uang, saya ingin menyumbang
balik sebanyak US $ 10.000 kepada perusahaan anda, sebagai rasa terima kasih
saya.” Boss perusahaan telpon bernama Bill membalasnya dengan surat yang
dipenuhi antusiasme: “Selamat atas kesuksesan kuliah anda dan usaha yang
telah berkembang. Kami kira, uang tersebut adalah uang yang paling patut
kami keluarkan. Ini bukannya merujuk pada $9,50 yang dikembalikan dengan
$10.000, melainkan uang itu telah membuat seseorang memahami sebuah petuah
tentang prinsip tertinggi kehidupan.” Pelajaran apa yang bisa kita petik
dari kisah di atas? Walau di saat- saat paling sulit, Pertama : Jangan
melupakan harapan selalu ada. Kedua: Jangan lupa menjaga moralitas.

Setelah 20 tahun telah berlalu, bagaimana dengan David? Di kota Chicago,
Amerika, terdapat sebuah gedung mewah, yang tampak luarnya menyerupai sebuah
bilik telepon umum, itu adalah gedung perusahaan ADDC. Pendiri perusahaan
ADDC, Presiden Direktur nya ialah David, selain itu juga David adalah salah
satu penyumbang terbesar untuk badan amal.



Sumber : Lambok A. Sitorus
[...]

Format Blog Baru!

Posted by Damar Iradat 0 komentar

Setelah vakum berapa lama ga nyoret-nyoret di blog ini, akhirnya gue mutusin untuk nulis lagi! Yes akhirnya, tapi dalem blog gue yang baru ini gue nyoba buat nulis sebuah jurnal atau catatan dari pemikiran gue tentang kehidupan sosial tapi tetep pake gaya bahasa gue. Hehe. Jadi bukan kehidupan gue yang muncul dalam blog gue yang sekarang tapi kehidupan sosial kita. Semoga kalian semua senang dan mendukung gue terus. Amiiiiiin!
[...]