Berjualan Es Buah Karena Kebutuhan

Posted by Damar Iradat Thursday 9 December 2010 0 komentar

Ketika zaman semakin menuntut kita untuk memenuhi kebutuhan hidup yang bisa dibilang sangat susah untuk mendapatkan uang untuk hidup. Apalagi di Indonesia tingkat pengangguran di Indonesia masih mencapai angka 10%.

Asep (28), salah seorang yang bisa dibilang pengangguran karena pekerjaannya yang hanya berjualan es buah dan pisang ijo di Jatinangor. Ia biasa berjualan di depan Alfamart Sayang. Ia mengaku sudah berjualan es buah dan pisang ijo ini dari 4 tahun yang lalu ketika ia mencoba peruntungan di Jatinangor. Asep memang bukan penduduk asli Jatinangor, ia berasal dari Garut.

Asep ini anak keenam dari tujuh bersaudara. Keluarganya banyak yang menjadi guru honorer, seperti bapaknya, dua kakanya dan satu adiknya, sisanya ada yang menjadi Pegawai Negeri Sipil, ibu rumah tangga dan satu lagi tidak bekerja.

Asep yang hanya lulusan Sekolah Menengah Atas ini mengaku sebenarnya ingin sekali melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, namun biaya yang mahal membuat Asep putus sekolah. Setelah lulus sekolah ia sempat mencoba peruntungan di daerah Rangkasbitung untuk mencari pekerjaan yang layak, namun hanya bertahan 7 bulan lalu kembali lagi ke Garut.

Setelah sampai di Jatinangor ia mulai berdagang es buah dan pisang ijo, usaha ini sebenarnya sudah dilakukan oleh dua orang temannya sebelumnya. Ia hanya melanjutkan usaha temannya itu. Berjualan es buah dan pisang ijo memang tidak menghasilkan pendapatan yang tetap, “untungnya ga tentu, kadang laku kadang juga ga. Belum lagi harus bayar uang sewa disini sama setor ke yang punya gerobak,” tambah Asep. Apalagi keadaan sekarang yang katanya pembeli berkurang, padahal mahasiswa semakin banyak. Banyak pedagang yang menjual es buah sama dengannya lah yang membuat dagangannya kurang laku akhir-akhir ini, padahal waktu awal-awal berdagang pembeli lebih banyak, walaupun mahasiswa masih sedikit.

Menjadi pedagan es buah memang bukan pilihan hidupnya, tetapi ia harus tetap bertahan hidup dengan cara berjualan itu. Padahal ia sempat menjadi guru honorer di daerah asalnya, namun penghasilannya ketika itu tidak mencukupi kebutuhannya. Gaji Rp 125.000 per bulan, tetapi ongkos yang harus dikeluarkan Asep ketika hendak mengajar saja sampai Rp 20.000 per hari. “Waktu itu saya ngajar di sisi gunung, di daerah Dano. Jadi gajinya cuma abis diongkos aja. Kalau ga ada duit ya jalan,” tambahnya.

[...]

Mngenai Kode Etik Wartawan dan Penyiaran

Posted by Damar Iradat Thursday 25 November 2010 0 komentar

Akhir-akhir ini banyak berita-berita tentang wartawan yang melanggar Kode Etik Jurnalistik. Seperti yang dikatakan oleh Bagir Manan pada koran Pikiran Rakyat (2/11) kode etik jurnalistik tidak hanya berfungsi sebagai instrument penjaga kepercayaan publik, tetapi juga sebagai penegak disiplin bagi pekerja pers “Kode etik jurnalistik membuat para pekerja pers melakukan penyaringan secara pribadi (self censorship) sebelum memberitakannya kepada khalayak,” katanya.

Mengkhususkan kasus-kasus yang terjadi pada wartawan-wartawan televisi dan tayangan-tayangan yang beberapa bulan kebelakang tidak menaati kode etik jurnalistik, saya mencoba mencari tahu bagaimana pandangan seorang dosen muda dan reporter seperti Abie Besman menanggapinya. Abie Besman yang sekarang menjadi kordinator liputan ANTV dan dosen etika pers di jurusan Jurnalistik Fakultas ilmu komunikasi Universitas Padjadjaran.

Menurutnya, kelemahan utama seorang wartawan adalah uang, “Semua wartawan itu kelemahannya uang dan saking butuhnya uang itu dia bisa jadi mengorbankan kode etiknya dan harga dirinya.” Tambah Abie.
Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut petikan wawancara saya dengan dengan Abie Besman di depan gedung 1 Fikom Unpad, pada hari Jumat (12/11).

Dalam Kode Etik Jurnalistik disebutkan bahwa wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. Konteks cabul dan sadis dalam pemberitaan menurut Anda sendiri bagaimana?

Cabul dan sadis berawal dari norma kesusilaan, jadi, ya kalau diterapkan di Indonesia sistem undang-undang pers adalah yang tidak melanggar kode etik dan norma itu sendiri. Yang umumnya kecabulan itu tidak harus ke agama, tapi ke adat, karena cabul menurut kita dan orang barat pasti beda. Mungkin begini, negara kita itu berubah, seperti dulu film Dono, Kasino, Indro memegang bokong wanita, mungkin pada waktu itu lucu, tetapi sekarang kalau melakukan seperti itu lagi pasti akan dianggap cabul.

Bagaimana dengan program-program berita kriminal yang menyajikan kekerasan pada jam-jam siang, ketika anak-anak pulang sekolah dan kemudian menontonnya?

Secara pribadi saya tidak suka, tidak ada efek positifnya, tetapi kalau melihat industri beberapa tahun terakhir ini berita kriminal pasti ada di tiap-tiap televisi dan jam-jam tayangnya jam-jam primetime, sekarang ini malah berkurang bukan makin banyak, dan jam-jam tayangnya pun digeser tidak lagi pada jam-jam primetime, dengan bergesernya jam-jam tayang mereka bisa dipastikan acara-acara seperti ini mulai tidak laku.

Anda tidak setuju dengan cara pengemasan berita-berita kriminal, berarti berita-berita tentang penangkapan teroris yang ditayangkan secara live di televisi juga tidak setuju?

Memang harus live? Live itu tuntutan industri. Masyarakat nggak butuh gambar-gambar orang berdarah, orang ketembak, masyarakat butuh informasi. Jangankan yang live, film-film yang berbau kekerasan kita tentang.

Kasus video porno yang dilakukan oleh Ariel pada waktu itu tidak hanya masuk ke dalam infotainment, tetapi juga menjadi pemberitaan nasional, malah saya pernah melihat kasus Ariel ini sampai masuk ke dalam siaran berita Al-Jazeera, apa itu tidak melanggar pasal 4 Kode Etik Jurnalistik yang menyiarkan berita tentang kecabulan?

Sebenarnya ini lebih mengandung kepada unsur who, bukan unsur what atau unsur how. Semuanya adalah selebritis, tokoh masyarakat. Kalaupun gini, memang beritanya mengandung unsur kecabulan, tapi kan kok bisa-bisanya seorang tokoh masyarakat melakukan hal seperti itu, cuman memang banyak yang mengarah ke pembunuhan karakter bukan lagi percontohan. Sekarang gini, fungsi media kan memberitakan dan mengkritisi.

Kasus intervensi yang katanya dilakukan oleh Patrialis Akbar Menteri Hukum dan Ham kepada tayangan SIGI episode “Bisnis Seks di Balik Jeruji”, bagaimana menurut pandangan Anda?

Tidak ada yang berhak untuk membatasi sebuah informasi, tetapi kalau itu dibatasi oleh perusahaannya apa boleh buat? Saya tidak menyangkal itu sebab itu bisa dilakukan, karena dia yang punya kebijakan.

Walaupun akhirnya berhasil ditayangkan, terdengar kabar narasumber mendapat kekerasan di dalam penjara, apakah ada kesalahan dari pihak wartawannya?

Itu ada sedikit ketimpangan di kita, seharusnya kan narasumber sudah masuk LPSK, tetapi ya negara kita masih berkembang lah untuk perlindungan narasumber dan saksi belum maksimal.

Jadi wartawan membawa nama perusahaan bukan nama pribadi?

Dalam hal ini iya.

Tetapi kan dalam pasal 1 Kode Etik Jurnalistik dijelaskan bahwa wartawan harus bekerja secara independen?

Independen itu apa sih? Bekerja sendiri kan? Mau digaji nggak? (tertawa) itu emang nggak pernah ketemu itu. Kalau memang ingin profesional lebih baik freelance, kalau bergabung dengan media yang lebih besar itu memang sebuah fakta yang tidak bisa dihindari.

Bagaimana pendapat Anda dengan para pencari berita infotainment? mereka mencari, dan mengolah berita, tetapi tidak menghargai hak-hak narasumber, tetapi dalam kasus lain mereka mendapat amanah dari masyarakat yang selalu ingin tahu tentang kehidupan pribadi orang-orang terkenal?

Selain amanah jangan lupakan kepentingan publik, kalau cuman amanah doang gampang , tetapi ini kepentingan publik, misalnya ada seorang artis menikah lalu dibahas masalah-masalahnya, itu bukan kepentingan publik lagi itu sudah character assassinaton.

Jadi menurut Anda infotainment termasuk kegiatan jurnalistik?

Ada kegiatan jurnalistiknya, tetapi dengan digabung dengan yang lain-lain itu tidak lagi murni kegiatan jurnalistik.

Pada berita di TvOne yang menyebarkan berita yang tidak benar, dan juga tayangan Silet sehingga membuat kepanikan warga Yogyakarta, apa pandanganAnda?

Kalau TvOne kurang pengalaman aja ya, dia menyebut abu vulkanik dengan wedhus gembel itu karena dia tidak tahu kali ya. Kalau Silet, saya jamin orang-orangnya (maaf) goblok semua, nggak penting ya menyebut Yogya kota malapetaka.

Berarti kalau dari TvOne yang kurang profesional dari wartawannya sendiri atau dari TvOne-nya?

Dua-duanya, cuman kalau kemarin lebih ke wartawannya karena salah ngomong dan lagi live, lagi-lagi kecelakaan live. Jadi menurut saya kalau ingin live seorang wartawan harus matang. Lihat televisi-televisi asing, reporternya nggak cantik-cantik, nggak ganteng-ganteng, tapi udah matang-matang yang ngomongnya padet.

Sebagai kordinator liputan ANTV, adakah bawahan Anda yang melanggar kode etik?

Kalau di produk sih udah nggak lihat lagi ya dalam kontrol saya, kalau di lapangan saya kurang tahu.

Anda sendiri kalau melihat ada bawahan Anda yang melanggar kode etik apa yang akan anda lakukan?

Saya kasih teguran, dan teguran itu macam-macam, bisa teguran individu atau teguran dari kantor yang tertulis, cuma itu pasti saya lakukan kalau ada anak buah saya yang melanggar. Itu nggak bisa dibiarkan, karena jika kita ingin menjadi profesional ya dengan mematuhi kode etik.

Ada solusi untuk wartawan yang melanggar kode etik?

Saya nggak bisa ngomong itu ya, karena kebanyak orang-orang yang bekerja sebagai wartawan itu dimana-mana gajinya kecil, semua wartawan itu kelemahannya uang dan saking butuhnya uang itu dia bisa jadi mengorbankan kode etiknya, harga dirinya. Jurnalisme di negara kita itu sedang berkembang, jadi bagaimana anak kecil yang sedang dewasa, asal jangan melenceng.

Anda sendiri sudah menaati Kode Etik Jurnalistik?

Saya sendiri sejauh ini masih mencoba, nggak ada yang bisa, karena itulah hidup kadang-kadang ada aja godaan untuk nakal.
[...]

Jangan Mengukur Bahagia dari Materi

Posted by Damar Iradat Wednesday 26 May 2010 0 komentar

Tak selalu si Kaya bahagia
Tak selalu si Miskin menderita
Karena kebahagiaan tidak diukur dari MATERI
Hidup akan selalu berputar, ada kalanya si Kaya akan menjadi si Miskin dan si Miskin pun bisa menjadi si Kaya tinggal bagaimana kita mensyukuri nikmat yang telah Tuhan berikan.
[...]

UAN

Posted by Damar Iradat Saturday 8 May 2010 0 komentar


Setelah kemarin gue liatin twit ade gue yang masih SMP, gue rada geli sendiri anak SMP jaman sekarang yang udah bisa make BB, udah ngerti twitteran ga kayak jaman gue SMP yang namanya dunia internet dan social networking aja gue ga tau. Hehe.

Di twit ade gue itu isinya ga lain tentang kelulusan UN yang baru kemarin pengumumannya, Alhamdulillah dia lulus, tapi setelah gue liat berita dimana-mana yang gue liat tingkat kelulusan UAN SMP menurun tahun ini kayak SMA.

Siapa yang salah? Sistem pendidikan di Indonesia apa para guru-guru yang mengajar? Kalo nyalahin sistem pendidikan di Indonesia kita ga bisa sepenuhnya nyalahin, para menteri juga udah kerja keras nentuin sistem itu. Nyalahin guru? Guru udah ngasih ilmu yang mereka punya. Terus dimana letak kesalahan para murid-murid yang menyepelekan Ujian Akhir Nasional?

Apa mereka kurang giat belajar? Atau terlalu asik bermain dengan fasilitas baru mereka? Jadi siapa yang harus disalahkan? Sistem pendidikan? Pengajara? Atau para peserta Ujian itu sendiri?

[...]

Seleksi Masuk Universitas Padjajaran

Posted by Damar Iradat Wednesday 5 May 2010 0 komentar



Jatinangor, 5 Mei 2010

Pagi yang hiruk pikuk menyambut gue, Dira, Ijul dan Uswa. Riweuh karena semalem tidur larut gara-gara suatu hal yang harus kita selesaikan. Tiba-tiba kita semua inget setelah kemarin hari Selasa tanggal 4 Mei 2010 yang seharusnya pengumuman SMUP diundur jadi hari ini.

Dira nyoba cek Ubertwitter pengen tau siapa aja yang keterima lewat jalur SMUP. Gue akhirnya inget-inget setahun kebelakang waktu gue juga lagi hot-hot nya nyoba masuk Unpad lewat jalur SMUP, waktu itu tanggal 25 Juni 2009 jam setengah 12 malem gue di sms Isti nanya nomor peserta gue, gue sendiri ga berani ngecek, tapi setelah itu Isti yang lihat hasil pengumuman gue, dia sms isinya kalo ga salah gini "Mar lo keterima! Ciee anak UNPAD" masih setengah ga percaya kalo gue keterima, dan akhirnya gue nyoba cek sendiri itu pengumuman, dan bener gue keterima langsung aja gue teriak, sujud syukur, bangunin orang rumah. Euforia yang bener-bener ga bisa digambarin waktu itu.

Dan setelah tadi pagi gue liat twitter orang-orang yang katanya ade kelas gue banyak juga yang keterima lewat SMUP gue jadi ketawa sendiri kalo inget tahun lalu.

Ya selamat buat temen-temen yang udah keterima lewat jalur SMUP, yang ga keterima jangan nyerah, SMUP bukan satu-satunya tes buat masuk Unpad.

[...]

Jatinangor

Posted by Damar Iradat Tuesday 4 May 2010 0 komentar




Yes, tempat gue menimba ilmu, tempat gue berbagi pengalaman, tempat gue mengejar cita-cita, dan yang pasti tempat gue belajar banyak hal untuk menjadi pribadi gue yang lebih baik. Nama daerahnya Jatinangor, dan gue persempit lagi tempat dimana gue belajar menjadi "orang" daerah jemabatan Cincin, simbol Jatinangor.


Terletak di dalam kampus Unpad Jatinangor, jembatan yang tadinya dikhususkan untuk rel kereta api. Di daerah ini lah gue tinggal, di pondok Miskah, tempat yang ramah, nyaman, dan emang agak sedikit menakutkan kalau malam hari. Hehe

Jadi yang bilang Jatinangor itu desa, iya, emang ini sebuah desa, tapi disini yang akan menjadikan gue sebagai "orang" yang penting dalam hidup gue.



[...]

Parade Foto Hitam Putih

Posted by Damar Iradat Monday 26 April 2010 0 komentar

Tertawa Kala Tua
Time Hero
Ingin Sekali Membaca Kitab Ini
Dibelakangku
[...]

Alangkah Indahnya Negri Ini

Posted by Damar Iradat Wednesday 21 April 2010 0 komentar

Gue mulai nulis lagi. Setelah kemarin malem gue nonton film buatan Deddy Mizwar yang judulnya "Alangkah Lucunya (negri ini)" gue jadi tergelitik buat nulis ini. Ya, negri ini memang lucu kalo kita pikir-pikir terlalu banyak kasus yang masih tersimpan, masih banyak anak-anak penerus bangsa ini yang masih terlantar. Kalo dalam film bang Deddy Mizwar disana terlihat jelas bagaimana kehidupan masyarakat miskin Indonesia. Lucunya negri ini, disamping gedung-gedung bertingkat yang menjulang ada sebuah kampung yang didiami oleh masyarakat pinggiran.

Kalau kita benar-benar memperhatikan film itu terlihat jelas bagaimana kerasnya hidup di negri kita yang tercinta ini, bayangin aja anak-anak jalanan lebih milih jadi pencopet ketimbang pendidikan di sekolah.

Di negri ini masih banyak sekali korban-korban koruptor, bagaimana tidak, seorang nenek yang mengambil 3 biji kakao dipenjara selama 1,5 tahun sedangkan para koruptor, mereka mencuri duit rakyat, membikin rakyat menderita, dan mereka? Mereka hidup dengan bebas! Keadilan macam apa yang ada di negri ini? Apa mereka yang mempunyai uang yang berkuasa? Apa para koruptor dapat dengan mudahnya mengatur kasus-kasus dan menyuap para petinggi-petinggi jaksa?

Dalam film itu gue terkesan waktu para pencopet itu sedang menaikan bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, pada bait terakhir ketika mereka menyanyikan "Hiduplah Indonesia Raya!" Tiba-tiba seorang anak pencopet tiba-tiba berteriak "Amin!" gue bener-bener terkesan di bagian itu, para pencopet itu menginginkan Indonesia yang lebih baik.

Buat para oknum-oknum koruptor, sadarkah wahai kalian berapa banyak rakyat miskin yang kalian terlantarkan? Berapa banyak kesempatan untuk anak-anak jalanan mendapat pendidikan yang layak tapi kalian pakai uang tersebut? Berapa banyak lagi korban "kejahatan" yang kalian siksa? Berapa banyak lagi uang yang akan kalian berikan untuk anak dan istri kalian, padahal itu uang haram?

Di ending film terserbut, Pemuda yang membuat para anak jalanan itu menjadi ke jalan yang lebih baik akhirnya ditangkap. Dalam kehidupan nyata, mereka yang menjunjung kebenaran mereka yang kalah, mereka yang benar adalah mereka yang salah!

Mudah-mudahan dengan tulisan gue ini kita dapet belajar, semoga kita nanti yang menjadi penerus-penerus bangsa ini bisa memperbaiki kehidupan bangsa ini, memperbaiki moral bangsa ini yang jatuh, dan memperbaiki kualitas bangsa Indonesia! MERDEKA!
[...]

INTERNET

Posted by Damar Iradat Wednesday 14 April 2010 0 komentar

Internet alias dunia maya sekarang lagi gencar-gencarnya di Indonesia, gimana ga tiap hari pasti ada orang yang make media internet ini. Dari anak kecil sampe orang tua sekalipun, dari penggunaan jejaring sosial kayak Facebook, Twitter, Friendster dan macem-macemnya. Gue bukan mau ngebahasa soal pengetian internet, tapi cara pemakaian internet. Sekarang kan lagi rame-ramenya nih kasus-kasus yang terjadi gara-gara internet nih itu dia masalah yang pengen gue tulis di blog gue ini. Dari kasus mbak Prita yang digugat sama sebuah rumah sakit, terus mbak Luna Maya yang punya masalah sama wartawan-wartawan itu. Sebenernya ga apa-apa kita ngeluarin unek-unek kita, tapi inget jejaring sosial macem Facebook dan temen-temennya kan bisa diliat orang banyak. Jangan asal tulis status makanya, apalagi anak ABG yang lagi labil setiap kejadian dia tulis, mau yang enak, mau yang ga enak pasti dia tulis. Kalo statusnya enak, adem ayem kita juga ngeliatnya kan enak, nah kalo yang menghujat antar temen sendiri, terus ada lagi yang menghina orang tuanya sendiri, ini yang lebih parah masa orang tua dihina-hina? sama anaknya sendiri lagi. Kebanyakan emang orang tua jaman sekarang emang gaptek, ga ngerti gadget-gadget gini jadi mereka ga bakal tau apa yang kita tulis. Bayangin deh kalo kita yang dihujat gitu sama temen kita sendiri, terus bayangin kalo orang tua kita liat apa yang kita tulis di status-status itu pas kita lagi ngehina orang tua kita? Sedih? Pasti! Kecewa juga pastinya, makanya buat temen-temen yang make jejaring sosial gue cuma pesen satu, jangan berlebihan nulis status. Karena Status mu harimau mu! :D
[...]

Kisah David dan Telefon Umum

Posted by Damar Iradat Sunday 11 April 2010 0 komentar

Cerita ini awalnya gue baca dari email yang dikirim bokap gue, gue bacanya terharu, jadi mikir kalo gue selama ini salah cuma bisa minta duit doang ke orang tua, dan gue pengen kayak si David yang bakalan lo baca dibawah ini. Nikmati cerpen dibawah ini ya! Enjoy.


David kuliah di fakultas perdagangan Arlington USA. Kehidupan kampusnya,
terutama mengandalkan kiriman dana bulanan secukupnya dari orang tuanya.
Entah bagaimana, sudah 2 bulan ini rumah tidak mengirimi uang ke David lagi.
Di kantong David hanya tersisa 1 keping dollar saja. David dengan perut
keroncongan berjalan ke bilik telepon umum, memasukkan seluruh dananya,
yaitu satu keping uang logam itu, ke dalam telepon.

“Halo, apa kabar?” telpon telah tersambung, ibu David yang berada ribuan km
jauhnya berbicara. David dengan nada agak terisak berkata: “Mama, saya tidak
punya uang lagi, sekarang lagi bingung karena kelaparan.” Ibu David berkata:
“Anakku tersayang, mama tahu.” “Sudah tahu, kenapa masih tidak mengirim
uang?” David baru saja hendak melontarkan dengan penuh kekesalan pertanyaan
tersebut kepada sang ibu, mendadak merasakan perkataan ibunya mengandung
sebuah kesedihan yang mendalam. Firasat David mengatakan ada yang tidak
beres, ia cepat-cepat bertanya, “Mama, apa yang telah terjadi di rumah?” Ibu
David berkata, “Anakku, papamu terkena penyakit berat, sudah lima bulan ini,
tidak saja telah meludeskan seluruh tabungan, bahkan karena sakit telah
kehilangan tempat kerjanya, sumber penghasilan satu-satunya di rumah telah
terputus. Oleh karena itu, sudah 2 bulan ini tidak mengirimimu uang lagi,
Mama sebenarnya tidak ingin mengatakannya kepadamu, tetapi kamu sudah
dewasa, sudah saatnya mencari nafkah sendiri.” Ibu David berbicara sampai
disitu, tiba-tiba menangis tersedu sedan. Di ujung telepon lainnya, air mata
David juga “tes”, “tes” tak hentinya menetes, dan ia berpikir Kelihatannya
saya harus drop out dan pulang kampung.” David berkata kepada ibunya, “Mama,
jangan bersedih, saya sekarang juga akan mencari pekerjaan, pasti akan
menghidupi kalian.” Kenyataan yang pahit telah membuat David terpukul hingga
pusing tujuh keliling. Masih 1 bulan lagi, semester kali ini akan selesai,
jikalau memiliki uang, barang 8 atau 10 dollar saja, maka David mampu
bertahan hingga liburan tiba, kemudian menggunakan 2 bulan masa liburan
untuk bekerja menghasilkan uang. Akan tetapi sekarang 1 sen pun tak punya,
mau tak mau harus drop out. Pada detik ketika David mengatakan “Sampai
jumpa” kepada ibunya dan meletakkan gagang telpon itu, sungguh luar biasa
menyakitkan, karena prestasi kuliahnya sangat bagus, selain itu ia juga
menyukai kehidupan di kampus fakultas perdagangan Arlington tersebut.

Sesudah meletakkan gagang telpon, pesawat telpon umum tersebut mengeluarkan
bunyi gaduh, David dengan terkejut dan terbelalak menyaksikan banyak keping
dollar menggerojok keluar dari alat itu. David berjingkrak kegirangan,
segera menjulurkan tangannya menerima uang-uang tersebut. Sekarang, terhadap
uang-uang itu, bagaimana menyikapinya? Hati David masih merasa sangsi,
diambil untuk diri sendiri, 100% boleh, pertama: karena tidak ada yang tahu,
ke dua: dirinya sendiri betul-betul sedang membutuhkan. Namun setelah bolak-
balik dipertimbangkan, David merasa tidak patut memilikinya. Setelah melalui
sebuah pertarungan konflik batin yang hebat, David memasukkan salah satu
keping dolar itu ke dalam telepon dan menghubungi bagian pelayanan umum
perusahaan telepon. Mendengar penuturan David, nona petugas pelayanan umum
berkata, “Uang itu milik perusahaan telepon, maka itu harus segera
dikembalikan (ke dalam mesin telepon).” Setelah menutup telepon, David
hendak memasukkan kembali keping logam uang itu, tetapi sekali demi sekali
uang dimasukkan, pesawat otomat itu terus menerus memuntahkannya kembali.
Sekali lagi David menelepon, dan petugas pelayanan umum yang berkata, “Saya
juga tak tahu harus bagaimana, sebaiknya saya sekarang minta petunjuk
atasan.” Nada bicara David yang sendirian dan tiada yang menolong
memancarkan getaran kesepian dan kuyu, nona petugas pelayanan umum sangat
dapat merasakannya, menilik perkataan dari ujung telepon dia merasakan
seorang asing yang bermoral baik sedang perlu dibantu. Tak lama kemudian,
nona petugas pelayanan umum menelepon ulang pesawat otomat yang sedang
bermasalah itu. Dia berkata kepada David, “Saya telah memperoleh ijin dari
atasan yang berkata uang tersebut untuk anda, karena perusahaan kami saat
ini tidak mempunyai cukup tenaga, tak ingin demi beberapa dollar khusus
mengirim petugas ke sana.” “Hore!”, David meloncat saking gembiranya.
Sekarang, uang logam itu secara sah menjadi miliknya. David membungkukkan
badannya dan dengan seksama nenghitungnya, total berjumlah 9 dollar 50 sen.
Uang sejumlah ini cukup buat David bertahan hingga bekerja memperoleh upah
pertamanya pada saat liburan nanti. Dalam perjalanan ke kampus, David
tersenyum terus sepanjang jalan. Ia memutuskan membeli makanan dengan
menggunakan uang itu lantas mencari pekerjaan.

Dalam sekejap liburan telah tiba, David telah memperoleh pekerjaan sebagai
pengelola gudang supermarket. Pada hari tersebut, David menjumpai boss
perusahaan supermarket, menceritakan kepadanya tentang kejadian di telepon
umum dan keinginannya untuk mencari pekerjaan. Si boss supermarket
memberitahu David boleh datang bekerja setiap saat, tidak hanya pada liburan
saja, sewaktu kuliah dan tidak terlalu sibuk juga boleh bergabung, karena
boss supermarket merasa David adalah orang yang tulus dan jujur, terutama
adalah orang yang seksama, membenahi gudang mutlak bisa dipercaya. David
bekerja dengan sangat giat, boss sangat mengapresiasinya dan juga merasa
kasihan. Si boss memberinya upah dobel. Sesudah menerima gaji, David
mengirimkan keseluruhan gajinya kepada sang ibu, karena pada saat itu David
sudah mendapatkan info bahwa ia berhasil memperoleh bea siswa untuk satu
semester berikutnya.

Sesudah 1 bulan, uang dikirim balik ke David. Sang ibu menulis di dalam
suratnya: “Penyakit ayahmu sudah agak sembuh, saya juga telah mendapatkan
pekerjaan, bisa mempertahankan hidup. Kamu harus belajar dengan baik, jangan
sampai kelaparan.” Sesudah membaca surat itu, David menangis lagi. David
tahu, meski orang tuanya menahan lapar, juga tidak bakal meminta uang kepada
David yang sedang perlu dibantu. Setiap kali memikirkan hal ini, David
berlinang bersimbah air mata, sulit menenangkan gejolak hatinya. Setahun
kemudian, David dengan lancar menyelesaikan kuliahnya. Setelah lulus, David
membuka sebuah perusahaan, tahun pertama, David sudah mengantongi laba US $
100.000. Ia senantiasa tak bisa melupakan kejadian di telepon umum.

Ia menulis surat kepada perusahaan telepon tersebut: “Hal yang tak bisa saya
lupakan untuk selamanya ialah, perusahaan anda secara tak terduga telah
membantu dana US $ 9,50 kepada saya. Perbuatan amal ini, telah membuat saya
batal menjadi pemuda drop out dan menuju kondisi miskin, bersamaan itu juga
telah memberi saya energi tak terhingga, mendorong saya setiap saat tidak
melupakan untuk berjuang. Kini saya mempunyai uang, saya ingin menyumbang
balik sebanyak US $ 10.000 kepada perusahaan anda, sebagai rasa terima kasih
saya.” Boss perusahaan telpon bernama Bill membalasnya dengan surat yang
dipenuhi antusiasme: “Selamat atas kesuksesan kuliah anda dan usaha yang
telah berkembang. Kami kira, uang tersebut adalah uang yang paling patut
kami keluarkan. Ini bukannya merujuk pada $9,50 yang dikembalikan dengan
$10.000, melainkan uang itu telah membuat seseorang memahami sebuah petuah
tentang prinsip tertinggi kehidupan.” Pelajaran apa yang bisa kita petik
dari kisah di atas? Walau di saat- saat paling sulit, Pertama : Jangan
melupakan harapan selalu ada. Kedua: Jangan lupa menjaga moralitas.

Setelah 20 tahun telah berlalu, bagaimana dengan David? Di kota Chicago,
Amerika, terdapat sebuah gedung mewah, yang tampak luarnya menyerupai sebuah
bilik telepon umum, itu adalah gedung perusahaan ADDC. Pendiri perusahaan
ADDC, Presiden Direktur nya ialah David, selain itu juga David adalah salah
satu penyumbang terbesar untuk badan amal.



Sumber : Lambok A. Sitorus
[...]

Format Blog Baru!

Posted by Damar Iradat 0 komentar

Setelah vakum berapa lama ga nyoret-nyoret di blog ini, akhirnya gue mutusin untuk nulis lagi! Yes akhirnya, tapi dalem blog gue yang baru ini gue nyoba buat nulis sebuah jurnal atau catatan dari pemikiran gue tentang kehidupan sosial tapi tetep pake gaya bahasa gue. Hehe. Jadi bukan kehidupan gue yang muncul dalam blog gue yang sekarang tapi kehidupan sosial kita. Semoga kalian semua senang dan mendukung gue terus. Amiiiiiin!
[...]

Miris

Posted by Damar Iradat Thursday 18 February 2010 0 komentar

Pemerintah dapet mobil baru, hampir semua anak remaja sekarang udah megang BB, midnight sale, mobil-mobil membeludak di tengah-tengah jalan raya kota-kota besar di Indonesia. Sadarkah kita berapa uang yang kita buang-buang setiap hari cuman buat hura-hura? Coba bandingkan dengan orang-orang yang sama sekali ga punya tempat tinggal, orang-orang yang mau makan aja harus ngemis. Jangankan buat beli mobil mewah, BB, apartemen, buat ngelanjutin hidup mereka aja, mereka harus berjuang mati-matian. Sadar ga sih kita sebagai generasi penerus bangsa cuma bisa hura-hura, di rumah cuma bisa merengek-rengek minta hape baru, minta ini itu. Nyari duit itu susah, setidaknya hargai orang tua kita yang udah kerja keras. Bokap yang kita berangkat sekolah atau kuliah dia udah pergi kerja dari abis subuh dan sampe rumah lagi waktu kita tidur, kita ngabisin duitnya cuman perlu waktu ga lebih dari sejam.

Kalo kita bayangin lebih jauh mungkin kita semua baru bisa ngerti gimana kerasnya hidup. Untuk dapet Rp 10.000 aja orang-orang disekitar kita butuh waktu yang lama. Apalagi untuk ngebiayain sekeluarga? Kenapa sih kita ga mikir sedikit aja kita hidup sederhana? Hidup itu kayak roda, oke suatu saat kita di atas dan nanti kita juga akan ngerasain gimana rasanya hidup jadi orang bawah, jadi orang ga mampu. Sadar ga sih kalo kita itu mahluk Tuhan, dimata Tuhan itu derajat kita sama semua, yang bedain cuma amalan bukan kekuasaan ataupun kekayaan semata. Mungkin gue juga sebagai pribadi yang ga sempurna harus lebih istropeksi diri, setidaknya ini ingetin gue akan hidup yang ga selamanya senang. Coba bayangin kalo misalnya kita yang ada di posisi kurang beruntung? Tidur di pinggiran jalan, makan dari makanan bekas orang lain, rumah ga punya, baju yang itu-itu aja.

Tulisan ini cuma untuk referensi aja, maaf-maaf aja ya kalo ada kata-kata yang ga enak tapi ini yang gue liat dari keadaan negara kita yang tercinta ini. Mudah-mudahan Indonesia bisa lebih maju! Hehe..

[...]